Wednesday, December 19, 2007

Blessing in disguise

Kenapa waktu gw ngecor rahang atas di artikulator, pake acara miring segala, jadi gw harus ngulang lagi…

Kenapa juga Pak Joko mecahin model gigi gw yang udah mo ditanem di kuvet…?

Kenapa GTSL gw yang udah di reline dan dipoles itu harus patah!!?

Dan begitu banyak ‘kenapa’ (baca: kesialan) yang lain yang gw alami di lab saat praktikum…

Ya Allah, cukup sudah….rasanya gw pengen ngomong gitu. Tapi ternyata di akhir hari-hari praktikum, gw menemukan jawaban atas semua pertanyaan gw diatas. Sebuah hikmah tepatnya….Blessing in disguise…Ya Allah, begitu indah caraMu….

Jawaban untuk keluhan pertama adalah, ternyata gw lupa ngolesin vaselin di model gw sebelum dicor di articulator, jadi sebenernya waktu gw ngecor dengan posisi midline yang miring itu, HE just warned me! Soalnya urusannya bakal lebih repot kalo tu vaselin ga diolesin dibanding gw ngecor ulang….bisa-bisa gw ga bisa remounting…

Jawaban untuk pertanyaan kedua adalah supaya gw punya model rahang lebih, jadi waktu mecahin kuvet abis packing GTP nanti gw ga perlu khawatir model gw bakal ikutan rusak. Soalnya Pak Joko yang merasa bersalah udah mecahin model gw, segera menggantinya dan ternyata model gw yang pecah itu masih bisa dilem pake power glue…hehehe….remounting aman!!

Sedangkan jawaban untuk pertanyaan ketiga adalah….supaya akrilik porus hasil dari reline gw itu bisa ditutupin sekalian nyambungin lagi GTSL gw yang patah…hhh…ada2 aja….
Ketiga kejadian itu cuma bagian kecil dalam kehidupan. Kalo dipikir-pikir lucu dan ajaib ya…?! Siapa sangka maksudnya itu…

Emang bener deh, ga ada sesuatu apapun yang terjadi dalam hidup ini, yang ga ada maksudnya….termasuk saat IA membiarkan gw mengenal orang itu beberapa tahun yang lalu, mungkin untuk menambah imunitas??! Or for me to learn something from that person?! Hehe…

we never know…

Ya Allah, terima kasih…
Saturday, 8 December 2007, 3:06 PM

Saturday, December 08, 2007

So..let me do it my way...

"I'm thankful for today..."

"I know you always take all the positive sides from this life...I know you do."

Begitulah aku akhiri hari itu. Dalam pembicaraan di dalam mobil seorang teman, kala langit di luar sana mulai gelap dan lampu-lampu jalanan mulai menyilaukan mataku yang terasa sangat berat ini. Sudah lama tak pulang malam…

Hari itu aku belajar memaafkan diriku sendiri. Kenapa begitu sulit? Kenapa aku harus percaya bahwa orang-orang di luar sana lebih baik daripada mereka yang setia berada disini…padahal ternyata ketika aku berada disini, ada begitu banyak hal yang bisa ku kerjakan daripada berada di luar sana bersama orang-orang itu…dan lucunya lagi saat kutanya seorang teman tentang apa yang ia sebenarnya lakukan di luar sana, teman itu cuma menjawab…”menghabiskan waktu”

Ya, menghabiskan waktu mereka di sana, dengan kegiatan yang jauh lebih tidak bermanfaat, setidaknya menurutku. Tadinya kupikir mereka memang sesibuk itu, sepenting itu. Ternyata mereka tak lebih dari orang-orang yang mencari kesibukan, demi perasaan untuk diakui bahwa mereka telah melakukan sesuatu dalam hidup mereka, bahkan sebenarnya waktu mereka tetap saja terbuang percuma. Bukan hal yang buruk memang, tapi bukan juga yang paling baik.

Pontang-panting diluar sana…aku jadi bertanya apa mereka cari? Karena satu-satunya yang kutangkap dari pembicaraan mereka, yang mereka cari adalah popularitas…heh, kupikir itu omomg-kosong…tapi omong-kosong itu lah yang mereka wujudkan…tapi ya sudahlah kalau itu pilihan mereka. Setidak kini ku tahu, aku sungguh bukan bagian dari mereka. Bukan karena tak mampu menjadi ‘sehebat’, tapi lebuh karena aku juga bisa menjadi ‘hebat’ dengan caraku sendiri. Yups, why don’t I let my self doing it my way….kenapa begitu sulit?

Dikala mereka berusaha membuat bumi ini terus berputar, dunia tetap ada dan waktu terus berjalan dengan melakukan ‘hal besar’ di luar sana, aku memutuskan memulainya dari sini, dari hal yang kelihatannya lebih kecil, jauh lebih kecil, dan mungkin nyaris tak berarti, bahkan tak pernah terpikirkan bagi mereka.

Ya aku memutuskan untuk berada disini, cukup disini. Hanya untuk memastikan bahwa kehidupan di dunia kecil ku ini berjalan dengan baik. Memastikan bahwa selalu ada air di dispenser, nasi di magic jar, udara segar dan sinar matahari pagi di setiap ruangan, dan lampu yang menerangi di malam hari.

Memastikan bahwa ikan-ikan di kolam tak kelaparan, memastikan air terjun kolam menyala agar ikan-ikan itu tak kehabisan udara segar, memastikan tanaman-tanaman di taman tak kekeringan, memastikan rumput di halaman selalu rapi, memastikan anggrek-anggrek Mami terawat dan tak terserang penyakit, memastikan anggrek-anggrek spesies asli Indonesia itu tak menjadi semakin langka.

Cukup dengan, memastikan pasien-pasien Dad mendapat pelayanan dan informasi yang terbaik, memastikan Pak Pos tak kecewa karena rumah kosong, memastikan para penagih (keamanan, kebersihan..dll) tidak terhambat tugasnya, memastikan Mami tidak khawatir kalau adikku akan berada sendirian di rumah, memastikan pintu rumah terkunci. Atau sesekali memastikan lantai rumah tidak kotor, kamar mandi selalu bersih, koran tidak menumpuk, dan tempat sampah tidak penuh….

Sesekali membantu adik-adik mengerjakan tugas sekolahnya, membantu belajar adikku yang mau ujian (walau kadang sambil marah-marah…hehe), lalu memastikan Mami tidak meninggalkan HP nya, memastikan sepatu Mam dan Dad bersih mengkilap,memastikan Dad menikmati segelas the hangat di pagi hari serta bekal makan siang yang sehat, dan terkadang memastikan keluarga kami ini menikmati jus buah segar di pagi atau sore hari.

Atau memastikan kelompok punya bahan untuk diskusi, memastikan pembagian tugas dan diskusi berjalan lancar…memastikan kami semua bisa belajar dengan baik.

Ya…memang cuma itu. Namun sepertinya aku sudah memaafkan diriku sendiri karena aku hanya bisa melakukan hal-hal kecil itu…Oh, satu lagi, memastikan aku bisa bermanfaat bagi orang lain, dengan caraku sendiri…dan sungguh aku tak menginginkan ‘hal besar’ di luar sana…

10: 48AM, 25 May 2007

its not easy to be me...

It’s not easy…to be me…(superman-54fighting)

Menjalani dua tahun lebih kehidupan ku mengejar cita-cita menjadi seorang dokter gigi yang sukses telah memberi ku banyak hal untuk kupelajari…

Kadang terasa terlalu banyak (apa lagi kalau learning issue kelompok kami terlalu meluas)

Kadang terasa terlalu berat (terutama buku-bukunya, apalagi kalau lagi repot2nya praktikum prostho)

Tapi ternyata cukup menantang dan menyenangkan juga…(seperti waktu praktikum!!haha..)

Walaupun sempat merasa sedikit kecewa pada awalnya karena tidak masuk ke fakultas sebelah dan malah masuk ke gedung tua sempit ini, (yang banyak di underestimate orang2)…ternyata pada saat dijalani ada begitu banyak point yang harus seorang dokter gigi miliki, melebihi komunitas sebelah…

Mungkin aku bisa menyebutkan beberapa, karena beberapa yang lainnya tenggelam dalam kekurangan manusia, yaitu lupa. Mungkin beberapa orang akan setuju, mungkin yang lainnya akan menganggap ini mengada-ada…tak apa. Hal-hal ini memang ada kok, setidaknya di kehidupanku.

Menjadi seorang dokter gigi bukan hanya bermodalkan otak yang pintar. Yang ini pasti semua setuju. Keterampilan adalah syarat mutlak lainnya. Ada begitu banyak detail tentang kata ‘terampil’ ini, karena terampil bukanlah sebuah anugerah yang bisa didapatkan begitu kita lahir.

Ini masalah menjadi terampil, tentang sebuah proses bernama latihan, yang jelas sangat membutuhkan waktu, kegigihan, kehati-hatian, kepantangmenyerahan, kesabaran, ketelitian, ketelatenan, kerapian, dan pastinya kesempurnaan pada akhirnya. Semuanya mau tak mau harus kami miliki…untuk mengejar cita-cita ini.

Hal lainnya adalah seni. Pekerjaan ini sangat erat dengan keindahan. Terlihat jelas dari penampilan orang-orang yang mondar-mandir di gedung ini. Mulai dari mahasiswanya sampai para dokter gigi yang menjadi dosen disana. Bukan hanya keindahan dari luar saja, tapi juga yang ada di dalam diri kami, semacam jiwa seni…sense of dental, meminjam istilah seorang dosen prostho.

Seperti kejadian siang itu, di ruang diskusi kelompok kami, saat kulihat hampir semua anggota kelompok duduk dengan menyilangkan kaki kiri diatas kaki kanannya, yang katanya sih, menunjukkan bahwa otak kanan mereka yang lebih dominant. Yaps! Otak kanan, tempat sang dewa seni berada.

Lebih dari apa yang dulu kubayangkan. Menjadi dokter gigi yang berseni ternyata bukan hanya soal merapikan gigi (yang ternyata sama sekali tidak semudah itu) dan membuat restorasi yang estetis (jangan dikira yang ini juga mudah)....semua pekerjaan kami, harus estetis, karena mereka terlihat. Selain itu imajinasi yang luas bin kuat harus dimiliki, apalagi kalau sedang belajar ortho…dan radiologi….

please! masalah radiologi ini sama sekali bukan hanya soal hitam dan putih. Ada begitu banyak detil, yang jauh lebih detil daripada cara orang-orang sebelah melihatnya….

Belum lagi attitude yang jelas harus dimiliki dalam rangka berhubungan dengan pasien, dosen serta rekan sejawat. Berbicara tentang attitude, ini jelas bukan hal yang. CRING!!! Langsung ada pada diri seseorang.

Belum lagi masalah menghadapi pasien anak yang, hhh…cukup merepotkan, bagaimana cara drg ‘menjinakkan’ pasien kecil itu….psikologi anak, mutlak harus dipelajari! Blum lagi masalah psiko yang berhubungan dengan pasien lansia…yang ini jauh lebih merepotkan…
Dan skarang udah masuk blok ortho-prostho

Di Ortho n prostho pelajaran biomekanik yang agak kefisika-fisikaan (Oh God, aku pikir aku dah terbebas dari hal2 smacam itu) ternyata sangat dibutuhkan kekuatan otot tangan untuk membengkok-bengkokkan kawat yang ternyata tak semudah kelihatannya,,dan again…imajinasi….plus nalar…(kalo tang digerakin ke sini, kawatnya belok kmana yah??!)

Praktikum ortho malah kadang disebut anak2, praktikum berdarah…karena kejadian tangan berdarah tertusuk kawat sangat lah sering…hansaplast, wajib hukumnya…hehe

Blum lagi prostho,,,yang butuh amat sangat membutuhkan ‘dental sense’which is semacam jiwa seni tentang gigi,,,kerjaan di lab ini, ya ngebor2, ngecor, ngamplas2, ngukir2, moles2, ngaduk2 gips, kotor2an lah….kedengaran kayak kerjaan tukang…atau seniman??!! Hehe…lucu juga,, ga pernah tau ada kuliah yang praktikumnya udah kayak bikin prakarya seni bgini….tapi jauhh lebih stressfull n susssaaah!!!! But somehow menyenangkan kok….as long as kerjaan beres tepat waktu…

Masuk blok 10…ini adalah blok full prostho!! Praktikum 6 jam non-stop, 2 kali seminggu….cukup amat sangat melelahkan…capek fisik, cape hati, capek pikiran, semua jadi satu! Yang paling heboh di praktikum blok ini adalah semua hal yang berhubungan dengan wax n gips!!! Yup, that’s what my life all about kalo udah masuk ruang praktikum. Tangan kebakar-bakar lampu spiritus dikit, udah biasa….kena pisau Le Cron panas malah udah pernah…

Tiap keluar dari ruang praktikum, bisa dipastikan jas lab dekil (namanya berubah jadi jas lap) dan celana panjang item yang ku pakai udah berubah jadi ada corak putihnya gara-gara gips….atau ada noda-noda tetesan wax, atau banyak bubuk2 sisa nge-trim akrilik….
Yap! Akrilik adalah hal lain yang ikut mewarnai hari-hari praktikum….terutama aroma liquidnya yang astaghfirullah…..bisa bikin kepala pusing…bahkan beberapa jam setelah praktikum, waktu di rumah, pas lagi makan, baunya masih terngiang-ngiang…..

Dan lebih dari pada itu semua,, apalagi soal dental sense-dental sense an ini…yang paling butuh kesabaran, paling membosankan, paling merepotkan adalah soal susun-menyusun gigi! Apalagi buat gigi tiruan penuh….hhhh…..ditambah dosen cantik nan perfeksionis yang jadi supervisor ku di lab….Ya ampun dok, untung dokter cantik! Kalo nggak…nggak tau deh…

Nyusun gigi selesai (dengan penuh perjuangan), bukan berarti kerjaan selesai…masih ada gum cuffing, ngukir lagi…ngukir lagi….

Pokoknya yang penting disini adalah sabar, banyak berdoa, rajin ke dosen buat acc kerjaan (sampe dosennya bosen dan kasian trus akhirnya kerjaan ku dinilai juga), tenang (ini yang paling susah!) dan keterampilan (mutlak!!!)
Nggak segampang itu kan?!

01 December 2007, 7:57 PM